FOKUS: Tantangan yang Dijawab Tuhan dan Mitos Banjir Lima Tahunan


MITOS banjir lima tahunan. Ungkapan ini sering terdengar di antara warga DKI Jakarta yang seolah sudah jadi momok tersendiri. Tapi benarkah mitos itu?

Awal tahun ini banjir kembali terjadi di lebih dari 50 titik di Ibu Kota. Yang paling parah dilanda banjir akibat curah hujan yang tinggi pada Selasa 21 Februari 2017 adalah Jakarta Timur, Jakarta Selatan dan Jakarta Utara.

Beberapa waktu sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok serta para pendukungnya, seolah takabur akan hasil kerjanya selama ini. Pada 2015 contohnya.

Sekira dua tahun lalu, Ahok membanggakan kinerjanya dan sesumbar bahwa tiga hari hujan pun, Jakarta takkan kebanjiran. “Semalam, hujan besar enggak semalam? Ada genangan enggak di Jakarta? Hampir enggak ada genangan. Karena hampir semua saluran kita bobok-bobok,” cetus Ahok di Gedung DPRD, 19 Mei 2015.

“Saya kira, banjir tidak akan lama. Kalau hujan tiga hari berturut-turut sekalipun, begitu berhenti saya jamin surut,” imbuhnya.

Kesombongan Ahok itu turut disokong para pendukungnya di jagat Twitter. Sutradara Ahok, Joko Anwar, juga ikut sesumbar belum lama ini.



Belum lagi ucapan bernada menantang sang penguasa alam dari artis-artis macam Sarah Sechan, Denny “Cagur”, hingga anggota DPR RI yang juga politikus PDIP Budiman Sudjatmiko.

Padahal sebelumnya juga, Ahok sendiri begitu ‘ngotot’ melakukan berbagai penggusuran “atas nama” normalisasi. Menurutnya, normalisasi sejumlah sungai jadi cara paling efektif mencegah banjir di DKI yang sudah jadi masalah sejak masa kolonialisme Belanda.

Namun tantangan bernada tinggi hati itu langsung dijawab Tuhan. Belum lama Ahok aktif lagi pascacuti sebagai gubernur, Ibu Kota langsung banjir. Entah apa sekarang alasan mereka, toh kasih bantuan buat para korbannya pun tidak.

Bahkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta sempat kena kritik Kepala Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, lantaran ‘lelet’ memberikan data banjir.

Padahal, masyarakat yang jadi korban membutuhkan pertolongan segera dan data itu penting untuk penanganan pengungsi. Lalu apa jawaban Kepala BPBD DKI?

Tanggapan mereka bahwa data yang diminta memang tidak dikirimkan ke BNPB, tapi justru diunggah ke akun Twitter BPBD DKI! Entah apa maksudnya, seolah-olah mereka berpikir semua warga DKI, terutama yang jadi korban banjir punya akun Twitter!

“Akibat banjir ini, ribuan rumah terendam dan satu orang tewas di Kemang,” cetus Sutopo, Selasa 21 Februari.

Terus, gimana soal mitos siklus lima tahunan itu? Banyak yang tak percaya, tapi tak sedikit pula yang percaya. Seperti Wakil Gubernur DKI Djarot Saiful Hidayat misalnya.

“Ya (banjir) ini siklus lima tahunan, kita ingat (banjir besar) 2002, 2007, 2012, 2017. yang paling parah saya cek itu 2002 yang seperti ada di Cipinang Muara tadi, kita bisa cek itu ya,” ujar Djarot saat mengunjungi Pintu Air Karet, Jakarta Pusat, Selasa 21 Februari.

Tapi kalau mau menengok lagi jauh ke belakang, kayaknya tidak terjadi siklus lima tahunan juga sih. Seperti banjir besar yang tercatat pada 1621, 1654, 1873, 1918, lalu 1979, kemudian 1996 dan 1999. Apakah jarak waktunya lima tahunan?
Share on Google Plus

About Unknown

Blog ini dibuat atas ketertarikan dan minat kami dengan website dan juga sebagai media sosial berbagi Info Menarik serta Hiburan lainnya.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar